Ya, Aku Salah - Cerita Cinta Sedih


Cerita Cinta: Ya, Aku Salah.




Hujan turun selama seminggu ini. Hujn ini membuat segalanya terasa begitu kelam dan murung. Dia mengatakan bahwa dia akan datang. Ini adalah ketiga kalinya dia datang menemuiku minggu ini. Seperti biasa, dia berdiri di sana sendirian dengan payung merahnya. Temannya hanya mengantarnya saja.  Saat itu hujan keras dan dia menggigil, Dia tampak lemah dan rapuh di tengah hujan keras, dan tidak memakai pakaian yang cukup untuk membuatnya hangat.

Aku menghampirinya dan brkata "kamu seharusnya tidak menemui saya lagi, dan semua yang kita alami seharusnya tak pernah terjadi". "Aku merindukanmu", katanya. Dengan dingin aku berkata padanya "Ayo kita pulang, Aku akan mengantarmu". Dia tidak membuka payungnya, Aku tahu Dia ingin brbagi payung denganku."Bukalah payungmu" kataku. Enggan, dia tidak mau membuka payungnya dan berjalan denganku ke mobil. Dia bilang dia belum makan siang, dan bertanya padaku apakah kami bisa ke suatu tempat untuk makan bersama.  Segera aku menjawab dengan lantang, "Tidak!"

Kecewa, Dia kemudian memintaku mengantarnya ke stasiun kereta, katanya dia akan pulang dengan kreta. Mungkin saat itu hujan, karena semua kereta dipenuhi oleh orang-orang yang membawa payung dan jas hujan.Tidak peduli dengan semua yang lewat, kami terus menungggu dan menunggu, Dia menatapku polos. kami bersama begitu lama, tentu saja aku tahu apa maksudnya. Aku mengerti bagaimana perasaanya saat datang kemari, di cuaca seperti ini, dan aku memperlakukannya seperti ini. Dengan matanya yang lembut menatapku, aku merasa bersalah dan ingin membiarkannya untuk tinggal ssemalam.

Tetapi kenyataannya berbeda lagi, aku berkata kepadanya dengan dingin, "Mari kita pergi ke stasiun kereta api lainnya."
Kami tinggal di gedung apartemen yang sama, di lantai yang sama. Waktu itu ada empat orang seperti kami,  dan kami semua bergaul dengan baik. Kami selalu makan malam bersama, menonton film, dan kadang-kadang pergi berkemah. Kami lebih seperti sebuah keluarga, tapi aku tidak tahu aku akan jatuh cinta dengan gadis itu. Mungkin itu terjadi selama tahun terakhir kuliah, setelah hidup bersama selama dua tahun, kami mengembangkan perasaan yang mendalam satu sama lain. Setelah lulus ia kembali ke rumah, dan aku tinggal selama satu tahun lagi untuk menyelesaikan sekolah. Selama tahun itu saya hanya mampu mengambil kereta bawah untuk melihat dia pada hari libur, tetapi tidak pernah lama. Itu semua adalah hubungan berharga kami.

Kami berjalan di sepanjang sisi jalan. Dia berada di depanku dan aku berada tepat di belakangnya. Dia sering melamun tentang banyak hal saat itu. Banyak kali, dia terlalu larut dalam pemikiran atau apa pun yang dia lakukan, tidak melihat jalan, dia hampir tertabrak mobil yang lewat. Aku ingin hanya membawanya dalam pelukanku, tetapi dengan cinta yang kupunya untuknya dan rasa sakit selalu muncul di dada ini, aku tidak melakukan apa pun. Dalam perjalanan, kami melewati taman yang biasa kami lewati saat bepergian.

Dia memohon dan berkata, "Ayo kita pergi ke taman hanya untuk sementara tolong, aku berjanji aku akan pulang setelah ini."
melihat dia memohon, hatiku yang dingin melunak, tapi aku masih memasang wajah kesal dan berjalan di taman. Aku hanya duduk di bangku dan tampak seperti aku ingin pergi. Dia pergi ke pohon oak besar dan dia sedang mencari sesuatu. Aku tahu dia sedang mencari apa yang kami tulis di pohon itu dengan pena tinta perak setengah tahun yang lalu. Jika saya ingat benar, tertulis, "Chris dan Susan ada di sini, Chris minum teh dan Susan sedang minum cokelat panas. Harapan Chris dan Susan akan selalu ingat hari ini, selalu saling mencintai, selamanya." Dia mencari-cari cukup lama, kemudian dia kembali perlahan-lahan dengan air mata di wajahnya.

Dia menghampiriku dan berkata "Yus, aku tidak bisa menemukannya, tulsan itu tidak ada lagi disana"

Aku merasa begitu asam di dalam di dalam tubuhku, ada aliran nyeri, mengalir ke dalam hatiku, rasa sakit yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Tapi semua yang bisa kulakukan adalah berpura-pura tidak peduli, dan berkata, "Bisakah kita pergi sekarang?"

Aku membuka payungku, dia hanya berdiri di sana, tidak ingin pergi dulu, berharap masih ada kesempatan. Dia berkata, "Kau mengarang cerita tentangmu dan gadis lain bukan? Aku tahu aku terkadang menyusahkanmu, tapi aku akan berubah, bisakah kita mulai lagi?"

Aku tidak mengatakan sepatah kata pun, hanya menunduk dan menggeleng. Setelah itu kami hanya terus berjalan menuju stasiun kereta api, tidak mengucapkan sepatah kata pun satu sama lain.

Empat tahun lalu, dokter mengatakan bahwa aku menderita kanker, tapi aku mengetahuinya lebih awal, jadi penyakitku masih dapat disembuhkan. Aku berpikir bahwa aku akan baik-baik saja, sayaaku mulai menjalani kehidupan normalku lagi, dan bahkan lupa tentang kanker yang kuderita. Aku tidak berpikir tentang kanker lagi dan tidak kembali ke dokter. Sampai sebulan lalu, perutku sakit selama dua minggu berturut-turut, dan mimpi buruk terus membangunkanku lagi. Pertama Aku pikir rasa sakit itu akan menghilang, tapi kenyataannya justru tumbuh kuat sampai ke titik yang tak bisa kutahan lagi. Aku kembali ke dokter dan memeriksa kondisiku dengan sinar-X. Gambar tubuhku keluar dan ada titik hitam besar, yang membuktikan kebenaran yang tidak ingin kupercaya. Saat itu aku berada di bagian paling gemilang dalam hidupku, tapi semua itu akan segera berakhir. Aku tidak ingin merasakan sakt saat aku mati, jadi aku memutuskan untuk bunuh diri. Tapi aku tidak bisa membiarkan orang mengetahui tentang niatku, terutama Susan, orang yang paling kucintai di seluruh dunia ini, yang masih tidak tahu tentang kebenarannya. Susan masih muda, dia tidak harus melalui ini. Jadi aku membuat beberapa cerita dan berbohong padanya. Itu adalah hal yang kejam untuk dilakukan, dan itu akan menghancurkan hatinya, tapi itu adalah cara tercepat untuk menghapus perasaan yang telah terpendam tiga tahun. Aku tidak punya banyak waktu, karena akua akan segera mulai kehilangan rambut dan Susan akan segera menyadarinya. Tapi sekarang aku hampir berhasil, drama ini akan segera berakhir. Tiga puluh menit lagi ini semua akan berakhir, itulah yang ada dalam pikiranku.

Kereta telah berhenti jadi aku menelepon taksi untuknya. Kami hanya berdiri di sana, menunggu, kehilangan saat-saat terakhir kami dalam keheningan.

Aku melihat taksi dari jauh, aku menahan air mata sayakudan berkata kepadanya, "Jaga dirimu, rawatlah dirimu dengan baik."

Dia tidak bicara, hanya mengangguk, dan kemudian membuka payung dan melangkah keluar di jalan. Dalam hujan, kami menjadi insan yang terpisah, satu merah, satu hitam, begitu jauh dari satu sama lain. Aku membuka pintu untuknya dan dia masuk, dan aku menutup pintu yang akan memisahkan aku dari dia selamanya. Aku berdiri di dekat mobil, menatap jendela yang gelap, pada cinta pertama dalam hidupku, juga yang terakhir, berjalan keluar dari hidupku. Mobil mulai memutar bannya. Akhirnya aku tidak bisa menahan kesedihanku dan gejolak di hatiku lagi, aku melambaikan tanganku dean mencoba mengejar taksi itu, karena aku tahu, ini akan menjadi saat terakhir aku melihatnya. Aku ingin mengatakan padanya aku masih mencintainya, aku ingin bilang padanya untuk tinggal, aku ingin bilang padanya begitu banyak hal, tetapi taksi itu sudah tidak bisa kulihat lagi. Air mataku terus jatuh membasahi wajahku, dicampur dengan tetes hujan yang dingin. Aku kedinginan, bukan karena hujan. Aku kedinginan di dalam tubuhku.

Dia pergi, dan dia tidak pernah menelponku lagi bahkan hingga saat ini. Aku tahu dia tidak melihat air mataku, karena air mataku hanyut oleh hujan. Aku pergi tanpa penyesalan. Tapi sebelumnya aku menuliskan kata-kata terakhirku dalam buku harianku. Betapa aku sungguh mencintainya, betapa dia sungguh berarti bagiku, betapa bahagianya aku bersamanya, dan betapa hancur hatiku saat meninggalkannya. Aku menuliskan semuanya dalam sisa waktu terakhirku, dan berharap dia akan menemukannya suatu hari nanti......

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel