Cerita Inspiratif: Akhirnya Aku Menemukanmu
Akhirnya Aku Menemukanmu
Saat aku berjalan pulang ke rumah suatu hari yang dingin, kakiku tersandung sebuah dompet yang tampaknya hilang di jalanan. Aku mengambilnya dan melihat isinya untuk mencari KTP atau tanda pengenal lainnya agaisa mengembalikannya. Tapi, dompet itu hanya berisi uang tiga puluh ribu rupiah dan selembar surat kusut yang tampak seolah-olah telah berada di sana selama bertahun-tahun.
Amplop itu sudah kusam dan satu-satunya hal yang terbaca pada itu adalah alamat si pengirim. Aku mulai membuka surat itu, berharap bisa menemukan petunjuk. Lalu aku melihat dateline - 1974. Surat itu ditulis hampir enam puluh tahun yang lalu.
Suratnya ditulis dengan tulisan tangan yang anggun di atas kertas biru lembut dengan bunga kecil di sudut kiri. Tulisannya adalah "Buat Husnan" surat itu kepada penerima, bahwa penulis tidak bisa melihatnya lagi karena ibunya telah melarangnya. Meski begitu, ia menulis bahwa dia akan selalu mencintainya. Surat itu ditandatangani oleh wanita yang bernama Alyona.
Itu adalah sebuah surat yang indah, tapi tidak petunjuk selain nama Husnan, yang dapat membantuku menemukan pemiliknya. Mungkin bila aku menelepon bagian penerangan mereka bisa memberitahu nomor telepon alamat yang ada pada amplop itu.
"Operator," aku mulai, "ini adalah permintaan yang tidak biasa. Saya mencoba untuk menemukan pemilik dompet yang saya temukan. dapatkah Anda memberitahu saya, jika ada nomor telepon untuk alamat yang ada pada surat yang saya temukan dalam dompet ini? "
Dia menyarankan agar aku berbicara dengan atasannya, yang ragu-ragu sejenak lalu berkata, "Yah, ada daftar nomor telepon untuk alamat tersebut, tapi aku tidak bisa memberikan nomor itu." Dia mengatakan, sebagai rasa hormat, ia akan menghubungi nomor tersebut, menjelaskan apa yang saya alami dan akan meminta mereka untuk dihubungkan dengan saya. Aku menunggu beberapa menit dan kemudian dia kembali. "Ada seseorang yang ingin berbicara dengan Anda."
Aku bertanya kepada wanita di ujung telepon sana, apakah ia mengetahui seseorang bernama Alyona. Dia tersentak, "Oh, kami membeli rumah ini dari keluarga yang memiliki anak perempuan bernama Alyona. Tapi, itu 30 tahun yang lalu!"
"Apakah anda tahu dimana keluarga itu berada sekarang?" Tanyaku.
"Aku ingat, Alyona telah menitipkan ibunya di sebuah panti jompo beberapa tahun yang lalu," kata wanita itu. "Mungkin jika Anda berhubungan dengan mereka, mereka mungkin dapat memberitahu lokasi putri mereka."
Dia memberiku nama panti jompo tersebut dan aku menelepon nomor tersebut. Mereka mengatakan kepada saya wanita tua itu telah meninggal beberapa tahun yang lalu tetapi mereka memiliki nomor telepon untuk dimana anak wanita itu tinggal. Aku berterima kasih pada mereka dan segera menelepon. Wanita yang menjawab menjelaskan bahwa Hannah sekarang tinggal di sebuah panti jompo.
Ini semua bodoh, pikirku. Mengapa aku membuat masalah besar untuk menemukan pemilik dompet yang hanya berisi tiga Dollar dan surat yang berusia hampir 60 tahun?
Namun demikian, aku menelepon panti jompo tempat Hannah seharusnya hidup dan orang yang menjawab telepon mengatakan kepada saya, "Ya, Hannah memang tinggal bersama kami."
Meskipun sudah pukul 10 malam, aku bertanya apakah aku bisa datang untuk melihatnya. "Yah," katanya ragu-ragu, "jika Anda ingin kemari, dia mungkin sedang menonton televisi."
Aku mengucapkan terima kasih dan segera berkendara ke panti jompo. Perawat dan penjaga menyapa saya di pintu. Kami naik ke lantai dua. Di ruangan itui, perawat memperkenalkan saya kepada Hannah.
Meskipun sudah tua, dia tetap kelihatan manis dengan rambut berwarna putih semua dengan senyum hangat dan binar di matanya. Aku mengatakan padanya telah menemukan dompetnya dan menunjukkan suratyang ada di dalamnya itu. Ia melihat amplop berwarna biru dengan bunga kecil di sebelah kiri, dia mengambil napas dalam-dalam dan berkata, "Anak muda, surat ini adalah kontak terakhir yang pernah saya miliki dengan Husnan."
Dia memalingkan muka sejenak, tenggelam dalam pikiran dan kemudian berkata lembut, "Aku sangat mencintainya. Tapi saat itu saya hanya 16 tahun, dan ibuku menganggap aku masih terlalu muda. Oh, dia begitu tampan dan baik hati. "
"Ya," lanjutnya. "Husnan Fahlevy adalah orang yang baik. Jika Anda bertemu dengannya, katakan padanya bahwa aku sering memikirkannya. Dan," Ia ragu untuk melanjutkan, sambil menggigit bibir, "katakan padanya aku masih mencintainya," katanya sambil tersenyum saat air mata mulai menggenang di matanya, "Aku tidak pernah menikah. Aku kira tidak akan ada yang pernah bisa menyamai Husnan ..."
Aku mengucapkan terima kasih Kepada Alyona dan mengucapkan selamat tinggal. Aku turun ke lantai pertama dan ketika aku berdiri di pintu, penjaga di sana bertanya, "Apakah wanita tua itu bisa membantu Anda?"
Saya mengatakan kepadanya ia telah memberi saya petunjuk. "Setidaknya aku punya nama belakang. Tapi aku berpikir untuk membiarkannya sementara waktu. Aku menghabiskan hampir seluruh hariku untuk menemukan pemilik dompet ini."
Aku mengamati dompet itu, dompet itu dibuat dengan kulit berwarna cokelat dengan benang merah di sisinya. Ketika penjaga melihatnya, ia berkata, "Hei, tunggu dulu! Itu adalah dompet Pak Husnan. Aku tahu persis dompet dengan benang merah terang itu. Dia selalu menghilangkan dompet itu. Dan tiap kali itu juga ak yang harus mencarinya "
"Siapa itu Pak Husnan?" Tanyaku saat tanganku mulai gemetar.
"Dia salah satu orang tua di lantai 4. Itu adalah dompet milik Bapak Husnan Fahlevy. Dia pasti menjatuhkannya saat berjalan-jalan." Aku berterima kasih pada penjaga itu dan segera lari kembali ke kantor perawat. Saya mengatakan kepadanya apa penjaga tadi katakan. Dan kemudian kami bergegas naik ke lantai 4. Saya berharap dapat menemukan Pak Husnan di sana.
Di lantai delapan, perawat itu berkata, "Saya pikir dia masih di ruang depan. Ia suka membaca di malam hari. Dia adalah pria tua yang baik hati."
Kami pergi ke satu-satunya kamar yang masih menyalakan lampu dan ada seorang pria tua yang membaca buku. Perawat itu mendekati pria itu dan menanyakan apakah ia telah kehilangan dompet. Pak Husnan mendongak dengan kaget, meletakkan tangannya di saku belakang dan berkata, "Oh, dompetku memang hilang!"
"Bapak ini menemukan dompet yang jatuh, dan kami ingin bertanya apakah dompet ini milik Anda?"
Aku menyerahkan dompet Pak Husnan dan kemudian ia melihatnya, ia tersenyum lega dan berkata, "Ya, itu dia! Pasti terjatuh dari saku saya sore ini. Aku ingin memberimu hadiah."
"Tidak, terima kasih," kataku. "Tapi aku harus mengatakan sesuatu. Aku membaca surat itu dengan harapan mengetahui siapakah pemilik dompet tersebut."
Senyum di wajahnya tiba-tiba menghilang. "Kamu membaca surat ini?"
"Bukan saja aku membacanya, dan saya tahu di mana Ibu Alyona berada."
Ia tiba-tiba menjadi pucat. "Alyona? Kau tahu di mana dia? Bagaimana keadaan dia? Apakah dia masih secantik dulu? Tolong, tolong katakan padaku," pintanya.
"Dia baik-baik saja ... dan tetap cantik seperti yang Anda tahu." Kataku lirih.
Orang tua itu tersenyum dan bertanya, "Bisakah Anda memberitahu saya di mana dia? Aku ingin meneleponnya besok." Dia meraih tangan saya dan berkata, "Kau tahu, Tuan, aku begitu jatuh cinta dengan gadis itu. ketika mendapatkan surat itu, hidupku terasa berhenti. Aku tidak pernah menikah. Kurasa aku akan selalu mencintainya."
"Pak Husnan," kataku, "Ikutlah denganku."
Kami mengambil lift ke lantai tigaturun ke lantai dua dengan lift. Lorong gelap dan hanya satu atau dua lampu menerangi perjalanan kami ke ruangan tempat Hannah duduk sendirian menonton televisi. Perawat mendekatinya.
"Ibu Alyona," katanya lembut, sambil menunjuk Pak Husnan, yang sedang menunggu dengan saya di ambang pintu. "Apakah anda tahu pria ini?"
Dia memakai kacamatanya, melihat sejenak, tapi tidak mengatakan sepatah kata pun.
Pak Husnan berkata pelan, nyaris berbisik, "Alyon, aku Husnan. Apakah kau masih mengingatku?"
Dia tersentak, "Husnan! Sulit dipercaya! Husnan! Ini kau! Husnanku!"
Dia berjalan perlahan ke arahnya dan mereka berpelukan. Perawat dan aku pergi dengan air mata mengalir di wajah kami.
"Lihat," kataku. "Lihat bagaimana mengatur semuanya! Jika dia berkehendak, maka akan menjadi kenyataan."
Sekitar tiga minggu kemudian aku mendapat telepon di kantor saya dari rumah jompo. "Bisakah pada hari minggu nanti Anda datang untuk menghadiri pernikahan? Husnan dan Alyona akan menikah!"
Itu adalah pernikahan yang indah dengan semua orang di panti jompo berdandan untuk bergabung dalam perayaan. Alyona mengenakan gaun krem yang tampak indah. Sedangkan Husnan mengenakan setelan biru gelap dan berdiri tegak.
Mereka sangat berterima kasih padaku. Rumah Jompo memberikan mereka ruang mereka sendiri dan jika Anda ingin melihat pengantin 76 tahun dan laki-laki 79 tahun bertingkah seperti anak remaja, Anda harus melihat pernikahan pasangan ini.
Akhir yang sempurna untuk hubungan cinta yang sudah berlangsung hampir 60 tahun.
"Cinta sejati takkan pernah hilang dalam ingatan, terkikis oleh penderitaan, dan menghilang terseret waktu. Cinta sejati akan abadi utuk selamanya".